Jumat, 04 Juni 2010

Awasi peningkatan anak-anak yang dipekerjakan

Solo. Sebentar lagi merupakan hari libur panjang bagi anak-anak sekolah. Berbagai keinginan mulai dipikirkan, bahkan ada juga yang sudah tertulis didalam agenda mereka. liburan panjang, adalah liburan yang akan digunakan untuk melepaskan sejenak dari semua aktifitas sekolah, yang diisi dengan kegiatan mulai dari rekreasi hingga berkunjung ke rumah kerabat.

Di sisi lain, ada anak yang justru mengisi kegiatan mereka dengan membantu orang tua di rumah. Bagi kalangan keluarga miskin, sangat mewah rasanya untuk memikirkan rencana kegiatan rekreasi, yang ada justru berada di rumah atau bahkan bekerja. Bagi anak-anak dari keluarga miskin, bekerja adalah sesuatu yang dianggap hal biasa, dimana anak bisa membantu orang tua dalam menambah kebutuhan hidup keluarga.

Lihat saja dilingkungan sekitar kita, banyaknya anak-anak yang mau menjadi tenaga kerja, terutama disektor home industri akan selalu disambut baik. Dengan berbagai banyak alasan, seperti membantu atau mendidik anak untuk bertanggung jawab menjadikan para pengusaha tersebut memperoleh pembenarannya. Akan tetapi dari berbagai penelitian yang banyak dilakukan, justru para pengusaha yang mau menerima anak-anak ini agar bisa membayar lebih murah.

Justru yang menjadi persoalan adalah, lemahnya pengawasan yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah, terutama petugas pengawas tenaga kerja yang terasa "tumpul" dalam menjalankan tugasnya. Dari pengalaman penulis ketika bertemu dengan para pengawas tenaga kerja didaerah, rata-rata mereka memiliki alasan bahwa tidak ada pendananaan yang sering dijadikan pembenar tindakannya tersebut. Selain itu, banyak Dinastenagakerja yang ada di daerah yang masih belum memiliki data sama sekali menyangkut soal pekerja anak.

Sebagai warga yang peduli terhadap situasi anak, penulis berkeinginan, agar situasi seperti ini harus segera diakhiri. tentunya dengan keterlibatan banyak pihak, setidak-tidaknya bisa mengurangi hal ini.

Tidak ada komentar: